Jakarta, 30 Mei 2024 – Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta mengadakan kuliah tamu bertajuk “Implementasi Nilai Bela Negara dalam Penanggulangan Potensi Bencana Alam dan Sosial di Wilayah Kota Bitung, Sulawesi Utara.” Acara yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga 12.00 WIB di Auditorium Bhinneka Tunggal Ika ini menghadirkan Walikota Bitung, Ir. Maurits Mantiri, M.M, sebagai narasumber.
Kuliah umum ini dihadiri oleh beberapa tamu undangan penting, di antaranya: Brigjen TNI dr. I Made Mardika, Sp.PD., M.A.R.S., FINASIM (Wakil Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat), Kolonel (Kes) Seno Hadi, SKM (Wakil Kepala Pusat Kesehatan Angkatan Darat), Dr. Saryanto (Pokli bidang Aeroforensik Lakespra TNI AU), KBP drg. M. Zakir, SH, MH (Pusdokpol), AKBP Al Abdi Irianto Geruh, S.Pd (Pusdikpolair), Prof. Dr. dr. M. Guritno Suryokusumo, SMHS, DEA (Dewan Pakar Hiperbarik UPN “Veteran” Jakarta)
Dekan Fakultas Kedokteran, Dr. dr. Taufiq Fredrik Pasiak, M.Kes., M.Pd.I, membuka acara dengan sambutan yang menekankan pentingnya kesehatan matra atau adaptive medicine. “Kesehatan matra adalah ilmu tentang adaptasi dalam kondisi yang abnormal, seperti bencana alam, sehingga kita memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi berbagai kondisi. Selain itu, jiwa leadership yang mampu menyesuaikan diri dalam segala kondisi juga sangat diperlukan,” ungkap Dr. Taufiq.
Dalam materinya, Walikota Bitung, Ir. Maurits Mantiri, berbagi pengalaman nyata dalam menangani bencana agama yang terjadi pada 25 November lalu. Ia turun langsung ke lapangan bersama tokoh agama untuk berdiskusi dengan masyarakat, menunjukkan bahwa partisipasi aktif warga negara dalam mitigasi, respons, serta pemulihan bencana adalah wujud implementasi bela negara.
Maurits Mantiri menjelaskan bahwa implementasi bela negara dalam penanganan bencana mencakup berbagai aspek:
- Kesadaran dan edukasi
- Kesiapsiagaan dan mitigasi
- Respons cepat dan efektif
- Pemulihan pasca bencana
- Partisipasi dalam pembangunan berkelanjutan
- Pembentukan jaringan dan kerjasama
- Gotong royong atau kerja malendong yang lahir dari rasa kesetiakawanan sosial
Ia juga menekankan pentingnya Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) dalam manajemen risiko bencana. “Bela negara adalah salah satu kekuatan utama kita. Jangan anggap remeh data karena sangat penting untuk diagnosis dan pengobatan penyakit. Di Bitung, kami telah mengintegrasikan BPJS dalam KTP sakti untuk memudahkan akses layanan kesehatan,” kata Maurits Mantiri.
Walikota Bitung menekankan bahwa saat terjadi bencana, harus ada payung hukum yang fleksibel, bahkan pada hari libur. Mengenai manajemen konflik dalam malendong dan pentahelix, ia menyatakan bahwa kerendahan hati dan kemampuan mendengar lebih penting daripada berbicara. “Jejak digital sangat penting karena bisa menjadi masalah di kemudian hari,” tambahnya.
Pada sesi tanya jawab, seorang mahasiswa bertanya tentang cara menerapkan konsep melendong dalam kehidupan sehari-hari. Walikota menjawab bahwa langkah pertama adalah mendirikan posko sebagai pusat pengendali. “Posko ini memerlukan surat keputusan, dan jika bencana terjadi pada hari libur, keselamatan rakyat harus diutamakan. Oleh karena itu, pemerintah telah menyiapkan Dana Siap Bencana (DSB) yang bisa digunakan segera tanpa rapat formal,” jelasnya.
Maurits Mantiri menekankan bahwa melendong, yaitu program yang melibatkan seluruh aspek pemerintahan dalam membantu saat bencana, sangat penting. “Hal ini akan menggerakkan masyarakat untuk ikut serta dalam gotong royong ketika terjadi bencana,” tutupnya.
Pada akhir acara, dilakukan penyerahan pin Dewan Hiperbarik kepada Walikota Bitung, Ir. Maurits Mantiri, M.M. sebagai bentuk penghargaan atas kontribusinya dalam bidang penanggulangan bencana.
Acara ini diakhiri dengan sesi tanya jawab antara mahasiswa dan narasumber, yang diikuti dengan antusiasme tinggi oleh para peserta. Mahasiswa menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap topik yang dibahas, serta berkomitmen untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam kegiatan akademik maupun di lapangan. Demikian berita acara ini dibuat sebagai dokumentasi kegiatan kuliah umum yang telah diselenggarakan. Kami berharap kegiatan serupa dapat terus dilakukan untuk meningkatkan kompetensi dan kesiapsiagaan mahasiswa dalam menghadapi bencana.